11 july 2011
Alhamdulillah,
tanpa terasa aku sudah mengantarkan putri pertamaku, Maza, ke bangku Playgroup. Jiah, serius banget ya, kaya sudah nenek-nenek aja, mengantarkan ke bangku… hehe…
Jujur, aku dan suami mungkin masih bisa dibilang takjub, masih membayangkan, sepertinya
baru kemarin aku melahirkan bidadari cantik itu. Baru kemarin sore, kok
tahu-tahu, anakku sekarang sudah berusia 3 tahun, sudah sekolah pula.
Bahagianya Maza saat
berangkat sekolah mungkin melebihi kebahagiaanku dulu saat memasuki halaman
sekolah yang asri. Dulu, yang mengantarku adalah ibu dan pembantu rumah tangga.
Setelah kewajiban mengantarnya selesai, ibu beangkat ke kantor. Dan aku
ditunggu oleh ‘pembantu’ ibuku. Kalau Maza, jelas-jelas aku yang mengantar,
menunggunya, bahkan menemaninya selama masa adaptasi di sekolah barunya.
Ya, Maza begitu
bahagia, riang gembira, padahal aku tahu, ia terlihat sedikit mengantuk. Coba,
hari ahad kemarin, sebelum ia mulai masuk, ia baru bisa tidur pukul 10.30 malam,
dan bangunnya sekitar jam empat pagi. Ketika itu sedang ada pemadaman listrik
dari PLN, mungkin karena tidak terbiasa gelap dengan sebenar-benarnya gelap, ia
akhirnya bisa terjaga dari tidur nyenyaknya yang baru 6 jam-an.
What’s ? 6 jam
bukanlah waktu yang cukup untuk Maza. Ia kubiasakan tidur dimalam hari minimal
9 jam, karena aku begitu merasakan aktifitasnya yang padat ( beuh, kaya pejabat
saja ya nduk ? hehe…).
Bukan itu masalahnya, Maza itu adalah anak
yang sangat aktif, lincah, cenderung tidak bisa diam. Aku mengambil patokan 9
jam, karena ia memang istirahat sebenar-benarnya ya pas tidur itu, jadi rasanya
kasihan kalau waktu tidurnya pun terganggu. Menjelang tidur pun, ia bukan tipe
anak yang gampang merem. Butuh waktu minimal 30 menit hingga membuatnya
terpejam, selalu saja ada alasan untuk mencari teman main.
Nah, karena
waktu tidur yang kurang ini, di sekolah tadi pagi, walaupun senang, tetap saja
terlihat kalau ia mengantuk. Mungkin gurunya tidak begitu paham, wong matanya
dia itu bulat, jadi walaupun ngantuk, tetap saja tuh mata terlihat bulat, yang
tahu ngantuk atau nggaknya, ya aku, yang hafal betul kebiasaannya tidur larut
malam.
Aku amati
bagaimana tadi ia menyesuaikan diri disekolah, bersama teman dan guru-gurunya.
Alhamdulillah, ia tipe anak yang mudah beradaptasi, bahkan cepat sekali. Dalam
hitungan belum sampai 1 jam, ia sudah mendapatkan teman bermain, bahkan sudah
mengenal namanya, acung jempol buat Maza !
Satu hal, ia
cenderung pemalu, walau sebenarnya ia bisa menjawab pertanyaan guru, tapi ia
menjawab dengan suara yang lembut, halus. Ia juga anak yang fokus pada apa yang
sedang ada dihadapannya. Biasanya ia akan mengamati dulu orang atau tontonan
yang disuguhkan padanya. Ia diam, mengamati dengan seksama, terkadang tanpa
ekspresi atau sekedar senyum-senyum malu. Tapi ternyata setelah ku-review di rumah, subhanallah, ternyata
ia banyak mengingat apa yang ibu guru
katakan dan ajarkan disekolah.
Maza, entah mengapa,
bunda selalu bangga padamu, dan ketika bunda katakan ini, bergelayut mimpi yang
begitu besar padamu, bukan untuk membebanimu sayang, tapi untuk menjadikanmu
generasi berkualitas yang bermanfaat untuk umat.
Esoknya, masih aku
saksikan anak-anak riuh berlarian kesana kemari, tertawa, bercanda, bahkan
menangis, takut berpisah pada orangtua, takut bergabung dengan teman-teman
lain. Dan kamu Maza, dengan santainya kamu langsung membaurkan diri dengan
teman yang lain, kau tatap guru pembimbing dengan tatapan seorang pembelajar,
dan kau pun menyerap aktifitas belajar sambil bermain itu dengan sempurna.
Ah, rasanya
seperti mimpi melihat dirimu ditatap kagum oleh orangtua lain yang mungkin
mereka berfikir “kok anak ini bisa ya ?”
Ya, untuk anak
seusia mu, kau seperti putri yang begitu menarik, kau supel, semangat, berani
dan cerdas. Aku lihat, ketika ibu guru tadi menyanyikan lagu-lagu baru, kau
coba mengikutinya, matamu menatap tajam kearah suara ibu guru, dan mulutmu pun
seperti komat kamit menirukan. Bukan bunda membandingkan dirimu dengan yang
lain, tapi, inilah yang bunda rasakan, bunda merasa menjadi ibu yang paling
beruntung sedunia. Walau dulu bunda berkali mengeluh tentang dirimu yang sulit
makan, susah tidur, tapi masih banyak sisi positif lain yang ada di diri mu.
Mengantuk bukan
halangan membuatmu untuk tetap belajar, kau tahan kantukmu, sementara
teman-teman yang lain menguap, bengong, tapi matamu tetap teguh mengambil
hikmah dari semua pelajaran.
Ya Allah,
mudahkan anakku menjadi seorang pembelajar sejati, mudahkan lah cahaya ilmu
merasuki hati dan fikirannya, agar ia tetap bersemangat dalam kondisi apapun,
sehingga, kelak, ia dapat membagi ilmu yang dimilikinya pada orang lain, aamiin…
Doa bunda selalu
menyertai mu sayang…!
Mazaaya Huurin
Dzakiyya, bidadari kebanggaanku, semoga langkah-langkah kecilku dan suami dalam
mendidikmu, kelak bisa menjadi syafaat untuk memasuki istana di surga, aamiin….