Realita Kehidupan
Kehidupan
akan terus berjalan, baik dengan atau pun tanpa kita. Mungkin, suatu saat akan
terhenti jika Allah telah menggariskan sampai kapan kita akan menginjak bumi
(dibatasi kematian). Dan, sampai sejauh mana bumi mampu didiami oleh milyaran
populasi manusia (kiamat besar) yang selalu ada regenerasi, baik yang mati mau
pun yang hidup. Secara logika, jika bumi terus berputar, dan kehidupan selalu
bergulir, maka, kebaikan atau keburukan juga akan semakin berkembang.
Tindakan
kriminal seperti curanmor (pencurian kendaraan bermotor), bisa jadi belum ada
pada 20 abad lalu. Kenapa ? Karena, di zaman tersebut, belum ada produk yang
memudahkan manusia seperti halnya motor / mobil. Berbeda dengan saat ini,
industri semakin banyak, teknologi terus berkembang, sehingga motif pelaku keburukan
juga semakin beragam, yang mungkin juga di dukung oleh pemahaman agama yang
rendah, tingkat pendidikan minim, juga pola asuh yang tidak sewajarnya.
Juga
sejak internet mulai merambah dalam kehidupan masa kini, betapa mudah seseorang
mengakses situs-situs yang membuat dirinya berkubang dalam keburukan.
Menyaksikan video porno, berfoto vulgar, lalu di upload pada jejaring sosial demi menarik perahatian orang lain, dan
banyak peristiwa lainnya. Semua tentunya bertolak dari pemahaman agama
masing-masing.
Tidak
mustahil jika semakin maju suatu negara yang tidak didukung dengan sistem
(latar belakang keluarga, kebijakan pemerintah, lingkungan sosialisasi) yang
bagus, maka kejahatan. Keburukan, akan
terus mencuat. Propaganda kebathilan yang dikemas begitu cantik menawan hati
membuat banyak orang terpikat. Bahkan berkolaborasi dengan kebaikan. Tampilan
luar islami, baik, ternyata membawa misi keburukan. Tidak ada yang pernah
menyangka.
Kebaikan
atau keburukan adalah suatu hal yang hitam-putih, jelas, dan tidak diragukan
lagi.
Imam Ibnu Majah meriwayatkan di
dalam Sunannya, begitu pula Ibnu Abi ‘Ashim di dalam as-Sunnah
hadits
dari Anas bin Malik radhiyallahu’anhu, bahwa Nabi shallallahu ‘alaihi
wa sallam bersabda, “Sesungguhnya ada di antara manusia, orang-orang
yang menjadi kunci-kunci kebaikan, penutup-penutup keburukan. Dan ada juga
sebagian orang yang menjadi kunci-kunci keburukan, penutup-penutup kebaikan.
Maka beruntunglah orang yang Allah jadikan sebagai pembuka pintu kebaikan, dan
sungguh celakalah orang yang Allah jadikan dia sebagai pembuka pintu
keburukan.” (Hadits ini dihasankan oleh Syaikh
al-Albani dalam ash-Shahihah [1332], diambil dari ‘Kaifa Takunu
Miftahan Lil Khair’, karya Syaikh Abdurrazzaq bin Abdul Muhsin al-Badr hafizhahullah,
hal. 5).
Menjadi
wilayah abu-abu, mana kala, kita sebagai muslimah tidak jua merasa tergerak
untuk ikut terjun dalam barisan penentang keburukan. Atau justru malah
mengikuti keburukan yang telah lama berkembang.
----> to be continued