Jumat, 05 Oktober 2012
Takut Sama Suami ?
Beberapa orang pernah menanyakan hal yang sama padaku. Hal yang terkadang membuat sebal, tapi gemas juga kalau nggak dijawab. Hm, apalagi kalau bukan masalah profesi. Profesi yang sempat tabu dikalangan orang-orang yang mengenyam pendidikan hingga ke bangku kuliah. Ya, profesi ibu rumah tangga. Walaupun saat ini banyak juga orang yang mulai back to home demi anak-anaknya, namun, tidak sedikit juga yang masih menganggap remeh profesi ini. Tanggapanku ? ah, biasa saja (sekarang), dulu sempat down juga sih…
Aku sudah punya jurus jitu untuk menghadapinya.
JIka orang bertanya “ Mbak, kok nggak kerja sih, sayang, kan, nggak bisa punya penghasilan ? “
Jawabku “ Penghasilan? Nggak harus di kantor kok, dari rumah juga aku bisa punya penghasilan, bahkan sebulannya pernah hampir dua kali UMR disini !”
Pertanyaan lainnya “ Mbak, kan, nggak bisa aplikasiin ilmunya ?”
Jawabku lagi “ Apa semua orang kerja kantor sudah bisa dipastikan aplikasiin ilmunya ? Banyak kok yang kerjanya nggak sesuai dengan ilmu yang diambil semasa kuliah. Misal, saat kuliah jurusan pertanian, peternakan, eh, tahu-tahu dia kerja di bank, jadi teller, customer service, atau malah dibagian IT. Atau, dulu kuliah ambil jurusan Informasi Teknologi, Tahu-tahu kerjanya jadi staf administrasi atau teller, yang nggak nyambung-nyambung banget dengan ilmunya dulu !”
Pertanyaan lanjutannya “ Terus, motivasi mbak apa ? Karena anak ?”
Aku punya jawaban lagi “ anak ? ya iyalah, pastinya. Aku fikir, cari uang itu mudah, bisa kapan saja. Sedangkan masa usia anak-anak hanya sekali, jadi, berusaha manfaatin benar deh peluang yang hanya sebentar itu. Tapi, itu bukan yang utama kok…!”
Sebagian mereka pasti bertanya lagi “ So ?!”
Dengan mantap, aku bilang “ Yang utama adalah ridho suami. Dengan negosiasi alot sekalipun, argumentasi yang indah, bahkan masuk akal, jika ridho suami masih juga belum bisa didapat, lalu mau bagaimana lagi ? Bukan takut sama suami, tapi, takut sama Allah kalau aku benar-benar melaksanakan sesuatu yang suami tidak ridho, walau, mungkin, banyak kebaikan yang aku dapat (sementara) berupa gaji, prestasi, penghargaan, dll. Aku selalu ingat, kalau urusan ridha suami itu sudah dalam taraf tinggi, harus ditaati jika tidak ingin Allah marah. Toh, pelarangan bekerja kantor juga masuk akal, untuk kebaikanku sendiri, meski aku harus banyak bersabar…”
Si penanya terdiam. Mati kutu. Dan aku hanya bisa tersenyum, menikmati keberhasilanku, haha….!
Kesimpulannya, selain jangan menganggap enteng perintah suami, juga, jangan anggap remeh orang-orang yang memilih profesi sebagai ibu rumah tangga. Karena, dengan profesi tersebut, belum tentu para ibu rumah tangga lebih rendah dari wanita pekerja. Banyak juga mereka (ibu rumah tangga) yang cerdas, up to date dengan informasi terkini, melek teknologi, pintar agama, bermanfaat buat sesame, dll.
Ingatlah, bahwa sebaik-baik manusia adalah yang bermanfaat bagi orang lain, dan Allah hanya melihat ketakwaanmu, bukan penghasilanmu. Ingat ya !
***************************************************************************
Curhat malam-malam ditemani keringat karena cuaca panas boo !
Langganan:
Postingan (Atom)