Untaian Kata Bukan Fatamorgana

Aku melukis bulan,

mewarnai kertas bergambar dengan

sapuan kuas yang tajam.

Bulu-bulu kuas meliuk-liuk,

menari, menertawakan diri

yang sedang meratap

pada manusia yang tak jua mencerahkan.

Menyesali ?

Ya ! Semakin mempertajam potret diri,

semakin terlihat jarak ruang antara lukisan bulanku

dan pantulan diriku.

Hm, bila waktu bisa kembali kemasa lampau

aku tak ingin melukis,

apalagi mewarnai.

Cukup menoreh kata pada kertas putih

menyimpan mantra penenang hati

pada setiap bait

hingga semua mampu tercurah

tanpa meninggalkan ilustrasi nyata

dalam perjalanan hidupku.

Kini, bukan bulan yang hendak tersalahkan

Namun, pelangi hatiku yang mulai terlihat samar-samar.

Mejikuhibiu! Ah, cantiknya ia.

Telah tampak, menghiasi lara

dengan dinamika dua kata

“berfikir positif”

Takjub !

Untaian kata yang tergores malu-malu,

mengintai relungku mencari solusi.

Kini, tak mengapa bulan terlukis

jikalau pelangi telah nyata hadir

mewarnai hariku,

yang kan menambah keindahan rahasia langit

dalam liku kehidupan anak manusia.

Agustus 2011