Curhat emak-emak, pagi-pagi....
Ya, benar kalau dikatakan bahwa, kebaikan apa pun harus terus diasah agar tetap terjaga motivasinya. Dan, itu terjadi pada diri saya sendiri.
Sepakat tidak, kalau mengajarkan / mendidik anak adalah suatu kebaikan ?
Kalau sepakat, yuk, kita sama-sama introspeksi diri. Sudahkah kita mampu istiqomah, konsisten, dalam memaksimalkan diri dalam mendidik anak-anak kita ?
Tepatnya, si Ibu harus terus belajar dan memotivasi diri untuk menularkan pelajaran (ilmu) yang kita miliki pada anak-anak kita.
Ya, saya termasuk yang....jujur saja, kangen dengan kondisi pembelajaran di rumah, bisa juga disebut home schooling, atau sekolah rumah. Saya kangen dengan suasana, dimana yang belajar tidak hanya saya, tetapi juga anak saya. Saya membaca tentang sesuatu hal, lalu saya praktekan, kemudian saya tularkan pada anak saya. Jadinya, ya kita belajar bareng.
Kenapa saya kangen ?
Dulu, sebelum Maza (nama anak saya) sekolah, saya begitu aktif membuat jadwal pelajaran di rumah, secara menyenangkan tentunya. Dan metode pendidikan tersebut saya terapkan sejak Maza masih bau kencur (hihi, baru lahir maksudnya). Pastinya bertahap sesuai dengan usianya. Dan tentu saja terjadwal.
Setiap pagi setelah bangun tidur, saya mulai memberikan semangat-semangat positif, menanamkan dalam bawah sadarnya, tentang 'image' dirinya. Bahwa, Maza adalah anak yang sholihah, cerdas, bermanfaat untuk agama, sesama, dan sayang Ayah Bunda. Kalimat itu terucap selalu, setiap hari, setelah ia bangun tidur, pagi, siang, sore, atau malam menjelang tidur.
Kegiatan siang hari ketika ia mulai berusia 1 tahunan adalah ketika saya memasak di dapur bersamanya, saya perkenalkan semua peralatan masak, nama buah, sayur, dan lainnya. Kegiatan berikutnya adalah mulai mengenalkan angka, huruf, nama hari, bulan, huruf hijaiyah (urutannya saja bukan bentuknya) dengan kegiatan bernyanyi, bahkan sambil melompat-lompat, tepuk tangan, dll. Sehingga dia tidak merasakan, kalau dia sedang belajar.
Dan, setiap hari selalu ada jadwal untuk hafalan surat-surat pendek, sambil bermain-main. Tidak heran, dulu, di usianya yang belum sampai 2 tahun, Maza sudah bisa surat Al fatihah, al falaq, annaas, dan al ikhlas, dengan cara baca khas anak-anak, lucu dan menggemaskan. Setiap orang yang mendengarkannya pasti suka dan gemas :D
Dan, berbagai kegiatan lain yang menunjang tumbuh kembangnya, yang bermanfaat untuk masa periode keemasannya selama 5 tahun.
Bukan berniat pamer, namun, ini adalah sebagai refleksi diri saya pribadi, bahwa saya, ibunya, memang memiliki peran penting dalam upaya mendidik generasi penerus yang lebih baik dari orang tua nya kelak, Insya Allah.
Dan, dengan kenangan-kenangan tersebut yang membuat saya agak sedih. Kini, justru setelah Maza sekolah, motivasi mengadakan kegiatan di rumah untuk pendidikan Maza seakan amburadul. Terkadang rasa bersalah tertanam kuat dalam benak saya, namun tidak jarang pula saya menepisnya dengan berbagai alasan.
Saya sadari, memang Maza tergolong anak yang 'agak' manja, selalu tergantung pada saya, (mungkin karena saya di rumah). Untuk BAK (buang air kecil) saja, baru bisa terlatih ke WC ketika usianya menjelang 3 tahun, padahal toilet training sudah saya usahakan sejak dia berusia 1 tahunan. Lalu, masalah makan, di usianya yang sekarang sudah menginjak 5 tahun, masih selalu ingin disuapin, malas kalau makan sendiri, capek, dan alasan lainnya. Dan berbagai hal lain, yang seharusnya di usianya seperti itu sudah bisa dilakukannya sendiri. to be continued....
Tidak ada komentar:
Posting Komentar
Yang copas tulisan di blog saya, mohon sertakan link ya....thx...