Khadijah
ra, Potret Muslimah Masa Kini
Perkembangan zaman dewasa ini semakin pesat, serba
bernuansa kapitalis, juga konsumtif. Sehingga mengharuskan seorang muslimah
untuk tetap terus berusaha mensinergikan diri dalam keberlangsungan hidupnya.
Namun, bukan berarti sebagai muslimah, kita langsung ikut tergerus dengan
kondisi zaman saat ini, justru, dari peran muslimah lah semua keburukan zaman
bisa di rubah sedikit demi sedikit. Salah satunya adalah kemampuan seorang
muslimah untuk mengelola keuangan secara efektif dan terencana.
Lihat saja kisah dari wanita terbaik yang disematkan
Rasulullah kepadanya. Ya, Khadijah Binti Khuwailid ra yang pada masanya dulu
menjadi wanita terkaya dengan perniagaannya. Etos kerja Khadijah sangat perlu
diacungi jempol dan dijadikan teladan oleh para wanita masa kini. Bahkan, dari
sepak terjang beliau yang begitu hebat di dunia bisnis, beliau mampu turut serta
dalam membantu syiar suaminya ( Rasulullah ).
Disitulah kemampuan beliau teruji,
dari tangan dingin Khadijah dalam hal bisnis dan mengurus keluarga, mampu
mencetak generasi yang tangguh yang
menghasilkan kemanfaatan, juga keberkahan bagi diri, keluarga, bahkan umat
Rasulullah. Pada masa-masa Ditengah
limpahan kekayaan duniawinya, Khadijah tetap rendah hati, setia dalam melayani
suaminya, menyerahkan sebagian besar hartanya untuk kejayaan islam. Ketika
Khadijah wafat, Rasulullah SAW sendiri yang mengurus
jenazah istrinya, dan kalimat terakhir yang Rasul ucapkan ketika melepas
kepergian Khadijah adalah: “Sebaik-baik wanita penghuni surga adalab Maryam
binti Imran dan Khadijah binti Khuwailid.”
Menjadi
Muslimah Mandiri
Dewasa ini, bicara kemandirian dalam hal keuangan
tidak hanya di dominasi oleh kaum laki-laki saja. Muslimah, yang notabene
adalah perempuan juga memiliki andil untuk membangun peradaban masa depan. Dan,
tidak bisa dipungkiri, bahwa dalam proses membangun peradaban tersebut,
seseorang perempuan juga perlu dilatih untuk bisa mandiri dalam hal keuangan (
mencari uang ). Karena tidak selamanya ia selalu tergantung pada orang tua,
suami atau siapa saja.
Dan, ketika seorang muslimah sudah memilih ke mana
arahnya untuk bisa mandiri dalam hal keuangan, baik menjadi pekerja kantoran
atau pun berwirausaha, maka, saat itu pula ia dituntut untuk terus belajar
mengelola keuangan, agar tercapai segala target demi masa depannya yang lebih
baik. Kemampuan mengelola keuangan ini bisa disebut juga dengan istilah melek
finansial.
Dalam hal ini, bukan berarti, keharusan untuk melek
finansial dikaitkan dengan karakter perhitungan, terlalu pelit atau sebutan
lainnya yang mengarah pada hal negatif. Namun, lebih pada kemampuan seorang
muslimah untuk mengelola segala hal yang berhubungan dengan masalah keuangan,
untuk apa uang tersebut akan digunakan, seberapa besar ia harus selalu
menabung, dan seberapa banyak persiapan investasi untuk masa depannya kelak.
Definisi
dan Ciri Melek Finansial
Menurut definisi yang banyak beredar, melek
finansial berarti : kemampuan untuk membaca dan memahami
hal-hal yang berhubungan dengan masalah
finansial (keuangan).
Ciri
orang yang melek finansial minimal harus memahami dua bentuk laporan keuangan,
yaitu : arus kas dan harta. Arus kas
terdiri dari rancangan pemasukan dan pengeluaran, sedangkan harta terdiri dari
aset dan liabilitas. Pemasukan, yang meliputi gaji, royalti, bunga dan semua
penghasilan yang di dapat. Sementara pengeluaran meliputi semua biaya hidup,
beserta semua cicilan aset ( bergerak ataupun tidak bergerak ).
Aset
adalah semua hal yang masuk kategori pemasukan pada arus kas. Aset bisa
mencakup diri kita sendiri, orang terdekat yang ikut memikul beban keluarga,
rumah / kendaraan yang disewakan, royalti dari karya kita, menanam saham, bunga
bank, dan sebagainya.
Liabilitas
adalah semua kewajiban yang masih menjadi beban kita sehingga menyebabkan
pengeluaran dalam arus kas.
Harta kewajiban ini mencakup cicilan rumah, cicilan mobil, pembayaran iuran,
dana pensiun tahunan, kewajiban biaya hidup keluarga, dan sebagainya.
Muslimah Melek Finansial
Banyak sekali muslimah, baik yang lajang atau yang
telah menikah gemar sekali mencari uang, namun, tidak pandai mengelola
keuangan. Sehingga, harta yang ia miliki selalu habis untuk kegiatan konsumtif,
tidak terfikir bagaimana masa depan mereka, anak, cucu mereka, jika suatu saat
ia atau suami (jika yang sudah menikah) tidak mampu lagi bekerja. Mungkin bisa
disebabkan kondisi tubuhnya yang semakin menua, atau ada suatu kondisi penyakit
yang tidak memungkinkan ia bekerja lagi, atau karena tuntutan lingkungan
terdekatnya yang tidak membolehkan muslimah ikut terjun mencari nafkah. Tetapi
tetap saja, apa pun kondisinya, keharusan muslimah untuk tahu dan terus belajar
tentang pengelolaan keuangan sangat penting sekali. Dan, hal tersebut tidak
bisa dipelajari hanya dalam waktu singkat. Perlu pembelajaran yang
berkelanjutan.
Muslimah
yang melek finansial akan terus berusaha menambah aset dan bukan menambah
liabilitas. Menambah aset berarti menambah pemasukan untuk meningkatkan aset,
misalnya menyewakan sebagian kamarnya yang tidak digunakan untuk dijadikan kos.
Menambah aset berarti mengurangi pengeluaran untuk menurunkan liabilitas,
misalnya memilih membeli dua buah rumah untuk disewakan dari pada membeli
sebuah rumah besar. Atau lebih baik membeli mobil baru untuk armada angkutan
umum daripada membeli mobil mewah untuk dipakai sendiri. Tujuannya jelas,
meningkatkan aset masa depan.
Sebagai
muslimah yang melek finansial, fokuskan diri untuk meningkatkan aset bukan
fokus pada keseimbangan pemasukan dengan pengeluaran. Jika kita fokus pada
keseimbangan pemasukan dengan pengeluaran maka, aset tidak akan bertambah. Logikanya, berusaha menambah pemasukan akan
berakibat menambah pula pengeluaran, sehingga tetap saja tidak kaya walaupun
penghasilan kita sudah meningkat.
Atau, jika dalam ranah pemula, bisa
juga dengan cara jeli melihat peluang, seperti, sampah koran yang menumpuk di
gudang, seolah-olah tidak ada artinya, namun dengan kondisi kita yang melek
finansial, sampah tersebut bisa diolah menjadi uang, dikarenakan kepiawaian dan
kreatifitas kita. Sampah koran tersebut bisa berubah menjadi barang yang
berseni, yang memiliki nilai jual tinggi sehingga banyak yang tertarik, bahkan
hingga ke luar negeri, dan akhirnya bisa menghasilkan materi. Selain
kreatifitas, hal tersebut juga dipengaruhi oleh keuletan dan kemampuannya untuk
melihat peluang, dimana ada sumber uang.
Jika muslimah berwirausaha dari rumah, menjadi agen
atau distributor suatu produk, dengan modal yang dimilikinya, ia harus pandai
mengaturnya, agar keuntungan yang ia dapatkan bisa semakin mengembangkan
usahanya. Misal, di awal ia memakai modal satu juta rupiah dengan keuntungan
sebesar 40 % dari modal. Dari keuntungan tersebut, ia harus menyisihkan
sebagiannya untuk tabungan masa depan, dan untuk tambahan modal awalnya. Begitu juga seterusnya, hingga sampai satu
saat seluruh usaha yang dilakukannya saat ini didelegasikan oleh karyawan yang
dimiliki. Kita tinggal mengelola sumber daya dan keuangan yang teoah kita
bangun bertahun-tahun.
Inti dari beberapa contoh di atas adalah benar-benar
fokus pada aset dan bekerja keras untuk menambah asetnya sehingga menjadikan
dirinya sebagai orang kaya dan bertambah kekayaannya. Orang yang tidak fokus
pada aset akan semakin meningkat pengeluarannya meski pemasukannya juga
meningkat.
Evaluasi
Keuangan
Melakukan
evaluasi terhadap kondisi keuangan kita adalah hal yang sangat mendasar. Dengan
evaluasi, kita dapat merumuskan target-target yang kita inginkan, baik itu
jangka pendek, mau pun jangka panjang. Setelah melakukan evaluasi dan
menyelaraskan target yang ingin dicapai, lalu rinci kembali arus kas (
pemasukan dan pengeluaran ) yang selama ini kita gunakan. Adakah yang salah
dalam perhitungan, atau adakah kemungkinan kita melakukan pengeluaran tidak
sesuai dengan rencana awal. Semua ditulis dalam sebuah buku, yang juga akan
berfungsi sebagai bahan perbandingan setiap melakukan evaluasi per bulannya.
Jika
semakin berjalannya waktu kita telah mampu menyetabilkan arus kas yang telah
kita rancang ini, maka, sudah saatnya kita bisa melihat lebih jauh lagi tentang
peluang lain yang ada di sekitar kita. Dengan merambah lahan bisnis lain, atau
malah mencoba menginvestasikan harta kita, agar, tanpa kita bekerja sekali pun,
pendapatan pasif akan tetap kita terima.
Kesimpulannya
adalah memahami bagaimana uang yang kita pegang atau miliki bisa dikelola
sebaik mungkin. Tidak sekedar dihambur-hamburkan, namun ada bentuk nyata demi
masa depan kita dan keturunan kita, seperti termaktub dalam Qur’an surat Annisa (4) ayat 9 :
”Dan Hendaklah takut kepada Allah orang-orang yang seandainya
meninggalkan di belakang mereka anak-anak yang lemah, yang mereka khawatir
terhadap (kesejahteraan) mereka. Oleh sebab itu hendaklah mereka bertakwa
kepada Allah dan hendaklah mereka mengucapkan perkataan yang benar.”
Inti dari ayat diatas, bila diaplikasikan
dalam kehidupan kita adalah, kita harus tetap terus berjuang dan belajar agar
tidak meninggalkan generasi yang lemah, baik lemah iman, harta, mental, dan
kelemahan lain yang membuat mereka tidak mampu bersaing dengan kondisi zaman.
Biarkan zaman terus berlalu dengan segala
kecanggihannya, dan kelak, siapa pun yang melihat kita, akan berkata dengan
lantang, “ Serahkan masalah keuangan pada ahlinya !” sambil menunjuk ke diri
kita.
Wallahu a’lam bishowab.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar
Yang copas tulisan di blog saya, mohon sertakan link ya....thx...