Salah satu ciri anak cerdas adalah memiliki kreatifitas yang tinggi. Dalam membangun kreatifitas anak diperlukan kesabaran yang tiada batasnya, karena, kreatifitas bukan hanya
bawaan genetik, namun juga berkat stimulasi yang diberikan orang tua. Anak kreatif berarti ia mampu menyelesaikan setiap masalahnya dengan caranya
sendiri. Atau, anak bisa melakukan suatu hal atau tindakan yang tidak terduga
berdasarkan imajinasi yang ia kembangkan dalam kehidupan nyata.
Mengutip Dr. E.
Paul Torrance, professor ilmu pendidikan di Universitas Minnesota, Ia
mengatakan bahwa peran orang tua sangat penting dalam menemukan cara untuk
meningkatkan kreatifitas anak. Dan, kemampuan ini perlu dirangsang dan diberi
pengarahan sejak anak masih bayi.
Beberapa cara yang bisa digunakan dalam menumbuhkan kecerdasan anak demi merangsang kreatifitas anak adalah :
- Memberinya ASI (Air Susu Ibu)
- Meningkatkan kesehatan dengan makanan bergizi dan beri tambahan vitamin anak
- Beri permainan yang mendidik dan memupuk rasa ingin tahu mereka.
- Membiasakan sarapan di pagi hari, agar stamina mereka terjaga, sehingga bisa lebih fokus dan energik.
- Sering membacakan cerita (dongeng) pada mereka, saya usahakan setiap hari. Dongeng dapat meningkatkan kecerdasan emosional, imajinasi, intelektual dan kepekaan anak.
- Dan, setelah anak menjadi kreatif dikarenakan kecerdasannya bertambah, jangan pernah lupakan, terima lah kreatifitasnya dengan tangan terbuka.
Menerima
kreatifitas Maza dalam keseharian bukan hal yang mudah. Saya harus rela
menyaksikan rumah yang seperti kapal pecah, rela melihat buku milik saya,
sudah tercerai berai untuk dibuat berbagai macam karya oleh Maza (guntingan kertas kecil-kecil,
pesawat, bola kertas, dll). Dan, harus tetap ikhlas, juga penuh senyum kebahagiaan. Karena itu adalah salah satu faktor yang bisa mendukung kreatifitas Maza, tanpa intervensi, kecuali hanya dengan sedikit aturan, mampu bertanggung jawab terhadap apa yang dilakukannya. Tanpa disadari, justru peristiwa seperti itu yang menjadi momen spesial
dalam kehidupan saya bersamanya, bahkan selalu saya abadikan dalam
sebuah tulisan yang mungkin suatu saat bisa menjadi album kenangan yang
tak kan terlupakan. Seperti dalam
kisah yang akan saya ceritakan ini.
“ Nyam…nyam…nyam…
enak….! ”
Ucap Maza sambil membawa potongan tempe mendoan ke
dalam kamar. Panganan tradisional yang baru saja
diantar tetangga, yaitu tempe berbalut tepung, alias tempe mendoan,
berisi 4 buah, ukuran besar. Dan, hampir saja ludes dimakan Maza. Saat
tempe tinggal
satu, saya merasa agak lelah, dan ingin mengistirahatkan badan sejenak
di kasur. Jadi, saya langkahkan
kaki ke kamar.
Maza, tanpa perintah, mengikuti saya, sambil mengunyah potongan tempe yang tinggal satu-satunya itu. Putri saya ini senang sekali mengikuti kemana pun saya pergi, dimana pun saya berada, dan selalu ingin tahu apa pun yang saya pegang. Saya hanya bisa tersenyum memandanginya, seraya bergumam, kelihatannya sih, enak sekali tempe itu, karena biasanya Maza cenderung pemilih dalam soal rasa, tak terkecuali tempe. Kalau rasa tempe kurang enak, jangan harap Maza makan, melirik pun tidak !
Maza, tanpa perintah, mengikuti saya, sambil mengunyah potongan tempe yang tinggal satu-satunya itu. Putri saya ini senang sekali mengikuti kemana pun saya pergi, dimana pun saya berada, dan selalu ingin tahu apa pun yang saya pegang. Saya hanya bisa tersenyum memandanginya, seraya bergumam, kelihatannya sih, enak sekali tempe itu, karena biasanya Maza cenderung pemilih dalam soal rasa, tak terkecuali tempe. Kalau rasa tempe kurang enak, jangan harap Maza makan, melirik pun tidak !
Di
dalam kamar, saya masih terus mengotak-atik handphone
yang sudah dua hari ini sering error,
lalu mati sendiri. Tanpa diduga, Maza bilang, “ Bunda, mau tempe, nggak….? ” Katanya sambil menjulurkan
sisa tempe mendoan
yang tinggal sedikit. Saya melirik
sebentar, meyakinkan diri apakah benar Maza menawarkan tempe enak itu buat saya ? hehe…. Tanpa
menunggu waktu lama, saya pun mengangguk.
Saya
lihat sekilas, sepertinya dia serius ingin memberikan potongan tempe, walau sedikit. Ia terlihat memotong tempe mendoan dalam
genggaman tangannya.
“
Ini Bunda…..! ” katanya serius sambil menjulurkan tangan manisnya ke arah saya.
Saya yang memang masih konsentrasi ke layar HP, cukup membuka mulut saja,
membiarkan dia menyuapkannya ke mulut saya. Tentu saja hati saya
berbunga-bunga, mengetahui Maza begitu perhatian, memberikan makanan yang dia
sukai untuk saya, walau hanya secuil.
Baru
saja saya mau menggigit…. “ Hoek…..! puft…! ” kontan saya menyemburkan ‘tempe jadi-jadian’ itu
dalam mulut. Maza pun tertawa terpingkal-pingkal melihat ekspresi saya.
Waduh….dikerjain Maza nih…! Saya amati benda kecil serupa potongan tempe tadi,
dan….ternyata…. potongan yang saya kira tempe itu adalah gumpalan dakron kecil
yang dia temukan di tempat tidur ! Hahaha ! Dasar ! Ingin rasanya saya tertawa
guling-guling karena kebodohan saya itu.
Kena
deh, dikerjain anak umur 4 tahun. Yang ngerjain pun masih terus tertawa cekikikan,
mungkin bangga sekali dia berusaha ngerjain bunda yang sedang asyik main HP.
Maza!
Maza! Semakin pintar saja ia dari hari ke hari, juga makin canggih ngerjain
emaknya yang suka nyuekin dia kalau lagi sibuk mengerjakan sesuatu.
Mungkin
jika dewasa kelak, dia akan bicara, “ Salah sendiri, anak kreatif, kok,
dicuekin…!” :D
wahh.. jadi inspirsi tuk hari ini gan.. thx dah di share
BalasHapus