Malam telah larut
Mengasingkan setiap insan dalam senyap,
Di peraduan pembawa mimpi bestari.
Sepi,
Melenakan manusia yang kerap berkhayal terlalu dalam
Namun tanpa ikhtiar yang maksimal.
Bila saja manusia bisa memutar hari,
Mungkin mereka akan selalu kembali ke masa lalu
Karena mereka akan selalu tidak puas
Pada masa depan yang tak jua cerah dalam persepsinya.
Dan bukankah alam juga bergerak mengikuti rotasi waktu?
Suatu saat di atas, tinggi sekali pada puncaknya
Satu kali, berada dibawah, seratus delapan puluh derajat
Benar-benar ringsek, tak perdaya.
Tapi, sekali lagi, posisi atas atau bawah, sama sekali rancu
Bukan atas persepsi ilmu manusia yang tidak mumpuni
Tapi persepsi sang Pemilik, yang lebih berhak menilai.
Biarlah hujan menemani kesenyapan dalam kegelapan,
Asal rintik itu tidak membasahi seluruh jiwa yang sedang
mencari.
Mungkin, saat ini galau, resah dan gelisah kerap hadir dalam
dinamika waktu
Yang menurut sebagian
orang adalah pertanda titik nadir kita.
Tapi, aku tidak
pernah percaya begitu saja,
Bahwa, kita tidak akan sampai pada titik bawah, jika kita
ikhlas
Dalam kendali pemillik.
Bila kita sabar menjalani hari dengan ikhtiar yang super
lengkap.
Ah, bulan mengilang dalam selimut mendung.
Tak ingin berusaha menduga,
Biar sajalah berjalan apa adanya
Yang terpenting ialah, bisa kembali bersemedi,
Terpekur dalam suasana nyaman
Dibelantara huruf dan kata yang tergores dalam lembar putih yang cantik.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar
Yang copas tulisan di blog saya, mohon sertakan link ya....thx...