SELAMAT DATANG DI BLOG SAYA, UNTAIAN SEDERHANA NAMUN SARAT MAKNA

Minggu, 18 Mei 2014

Maza, Sumber Inspirasiku !




Maza. Putri pertamaku yang usianya kini menginjak empat tahun enam bulan. Sejak awal kelahirannya, aku banyak belajar tentang bagaimana menjadi ibu yang terbaik untuknya. Maklum, aku hidup merantau, jauh dari orang tua dan saudara. Jadi, segala sesuatu yang aku jalani, masih berupa trial and error. Mencoba-coba dengan guru berupa nasehat dari orang yang lebih berpengalaman, panduan buku-buku dan fasilitas internet. Dan, segalanya memang tidak mudah.

Di awal-awal kelahirannya, aku belajar cara memandikan bayi, mengganti popok, menyusui yang baik, dan segala hal yang memang harus dipelajari oleh seorang ibu muda. Dan, aku menyukai segala proses yang sungguh alamiah, belajar dari kesalahan untuk menjadi lebih baik.


Seiring usianya, aku selalu berusaha memberikan totalitas waktu terbaik untuk Maza. Aku usahakan untuk melakukan berbagai stimulasi sesuai tahap perkembangannya menurut teori-teori parenting yang banyak disajikan di berbagai media. Dan, hasilnya ? Maza tumbuh menjadi anak yang percaya diri, periang, dan supel dalam pergaulan. Bahkan, kadang kala aku merasa kalah saing dengan Maza. Seperti contohnya, saat bertemu orang baru, bagaimana ia bisa cepat beradaptasi hanya dengan satu kalimat pembuka, “namanya, siapa?”, lalu ia akan terus mengungkapkan jalinan kata-kata yang ia susun sendiri. Walau terkadang berbelit-belit, namun, sungguh, itu adalah hal terindah bagiku.

Maza memiliki banyak teman karena kemampuannya  yang cepat beradaptasi. Tidak jarang, ia mengajak temannya bermain ke rumah, atau aku sendiri yang mengajak mereka ke rumah agar lebih mudah mengawasi. Memang, di awal-awal pembelajarannya untuk bersosialisasi ( sekitar usia dua tahun ) di sela permainan, Maza dan teman-temannya bisa tertawa bersama, namun, selang lima menit saja, biasanya salah satu ada yang menangis. Tapi, semakin bertambah usianya, kemungkinan seperti itu bisa terminimalisir. Karena mereka, anak-anak balita, semakin mampu memainkan perannya dalam menghadapi karakter lawannya. Meski ada sedikit gesekan, tapi tidak sesering dulu karena pengalaman mereka semakin kompleks.

Beberapa hal yang kerap aku perhatikan saat mereka berkumpul adalah mengamati kebiasaan baik yang memang dimiliki balita. Yang dengan kepolosannya, justru memberikan banyak pesan positif yang mereka sampaikan. Aku amati tingkah lucu Maza saat menemukan barang di jalan, mengamati sikap empati mereka ketika melihat pengemis lusuh, ditambah sikap legowo mereka, mudah untuk memaafkan jika bertengkar. Hal tersebut merupakan pelajaran tambahan buatku menjadi seorang ibu, agar bisa lebih sabar mendidiknya, lebih mudah memaafkan, dan lebih santun terhadap sesama. 

Maza menjadi laboratoriumku dalam meneliti segala hal. Mulai dari aktifitas kesendiriannya, tentang apa saja yang ia lakukan. Juga saat ia bersama teman-temannya, aktifitas apa yang membuat dia betah bermain bersama. Tidak jarang, karena begitu tertariknya aku dengan kegiatannya, aku ikut terjun, seakan-akan aku kembali menyelami masa anak-anak, menikmati segala permainan bersamanya.

Dari berbagai cerita yang terekam dalam memoriku saat bersama Maza dan kawan-kawannya, aku mulai berfikir untuk membuat sebuah buku yang bertemakan persahabatan balita. Aku ingin meracik cerita tersebut menjadi lebih menarik dan cocok untuk anak-anak seusia mereka. 

Saat menuliskannya, aku membayangkan Maza sebagai tokoh utama, dan menghadirkan teman-temannya dalam imajinasiku. Dan, aku turut meluapkan emosiku dalam tulisan tersebut sambil membayangkan diriku tengah bermain bersama mereka. Setelah selesai, kutambahkan beberapa kegiatan pembelajaran untuk disisipi dalam cerita tersebut. Dan, untuk hal ini Maza pula yang kujadikan referensi, tentang kegiatan pembelajaran apa yang dia sukai. 

Naskah sudah matang, lalu aku ajukan pada sebuah penerbit. Pertama, ditolak. Bukan karena  ceritaku tidak menarik, namun, lebih karena pengemasan cerita model seperti itu sudah pernah terbit di penerbit tersebut. Tapi, aku tidak putus asa, aku kirimkan ke penerbit lain dengan sedikit perubahan, dan alhamdulillah naskahku diterima. Kini sedang dalam proses ilustrasi. Kelak, saat buku tersebut sudah terbit, aku akan mendedikasikannya untuk Maza.

Ya, karena Maza adalah inspirasiku yang tak pernah lekang oleh waktu. Semakin aku terlibat dalam kehidupannya, semakin banyak hikmah yang tak bisa terbendung, dan harus segera dikeluarkan untuk dibagikan. Semoga.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Yang copas tulisan di blog saya, mohon sertakan link ya....thx...