SELAMAT DATANG DI BLOG SAYA, UNTAIAN SEDERHANA NAMUN SARAT MAKNA

Minggu, 08 Januari 2012

Renungan Pagi Atas Sebuah Status


Bismillah
Ini bukan pertama kalinya aku kecewa pada sosok yang mengganggap dirinya ideal. Dua kali, tiga kali, bahkan lebih. Kecewa pada sikapnya yang merasa bahwa penilaiannya itu selalu benar. Penilaian tanpa sebuah kompromi dan pengenalan lebih dalam. Mungkin, hanya sekedar bahasa halus yang kerap terucap dari lisannya, atau terkadang berupa sedikit rangkaian kata yang terlihat dengan sangat jelas, apa yang akan disampaikan dan untuk siapa ia menyampaikannya. Yang menjadi sebuah permasalahan, bukan isinya, bukan juga cara menyampaikannya, namun ada sisi lain yang kerapkali mengiringi pesan tersebut. Hal itulah yang seringkali membuat aku kecewa, bahkan sampai berkali lipat. Satu sisi yang membuat saya gemas. Apa sih ? Yup ! Narsis, jadi yang ditarik lebih jauh dikit jadi sombong. Selalu itu yang seringkali terbaca dari setiap ucapan, ekspresi wajah, juga kalimat-kalimat yang ditulisnya. Seakan-akan segala hal yang ia perbuat, ia fikirkan dan ia yakini adalah suatu hal yang benar. Menyalahkan sikap oranglain, membenarkan sikapnya. 

Jujur, aku gemas sekali, ingin membalas. Tapi, aku juga tidak sampai hati memberikan sebuah pernyataan eksplisit atas sikapnya itu. Aku bukan hakim, aku juga bukan paranormal yang bisa tahu isi hatinya, dan memberinya pelajaran. Dan aku pun tidak ingin menghabiskan energi ku hanya untuk membalas perlakuannya dengan perlakuan serupa, minimal menegurnya. Bukan, bukan aku takut padanya. Aku hanya berusaha menjaga tali silaturahim, menjaga hati ku juga agar tidak semakin memanas dengan ketidakcocokan antara sikapnya dan fikirannya, menjaga hatinya juga agar tidak makin sombong dengan kepekaanku atas statusnya.
That’s real ! Standar setiap orang itu berbeda, sebagaimana perbedaan kapasitas ilmu yang dimilikinya. Semakin ia memahami bagaimana cara untuk memecahkan masalah dengan apik pada setiap orang atau hal yang sedang bermasalah dengannya, maka akan semakin indah hubungan yang akan terus terjalin, dengan tidak saling menyakiti, terutama hati. Kasihan sebenarnya pada tipikal manusia seperti itu, ia tidak bisa melepaskan gundahnya dengan baik, ia hanya bisa memendam kecewa dengan bersikap mengalah, namun, mengalahnya itu bukan untuk sebuah penyelesaian, hanya untuk menutupi ketidakmampuan dirinya untuk bernegosiasi dan berkomunikasi dengan pihak lain. Kalau sudah seperti itu, biasanya, ia akan membenarkan keyakinan dirinya itu, bahwa ia ada dalam posisi yang benarI, mengalah untuk menang, it’s too stupid for me. Hm, bukanlah suatu kesalahan dengan bersikap mengalah. Bukan pula itu adalah suatu pembenaran untuk menghentikan pertikaian sesaat, namun akan tercipta masalah baru dilain waktu.
Copas dari salah satu status orang tidak dikenal dif b, pas banget dengan tulisan ku ini. "Belajar menerima kesalahan orang lain, adalah satu kunci yg sangat penting untuk menciptakan sebuah hubungan yg sehat, bertumbuh & abadi. Ingatlah emosi tidak akan pernah menyelesaikn masalah yg ada, jd selalulah berpikir dewasa. Mengapa sesuatu hal itu bisa terjadi pasti punya alasannya sendiri. Janganlah kita menjadi orang yang egois hanya mau dimengerti, tapi tidak mau mengerti. Tua itu pasti, tapi Dewasa itu PILIHAN.”
Doa ini bagus untuk kembali menghadirkan hatiku agar bisa tetap tenang, dan santai dalam menghadapi segala hal yang tidak aku harapkan.
“Ya Allah ya Tuhan kami, sesungguhnya aku berlindung kepada-Mu daripada keluh kesah dan dukacita, aku berlindung kepada-Mu dari lemah kemauan dan malas, aku berlindung kepada-Mu daripada sifat pengecut dan kikir, aku berlindung kepada-Mu daripada tekanan hutang dan kezaliman manusia.” (HR Abu Dawud 4/353)