SELAMAT DATANG DI BLOG SAYA, UNTAIAN SEDERHANA NAMUN SARAT MAKNA

Kamis, 05 Desember 2013

Menjadi Orangtua Protektif, Perlu ?

Tulisan ini adalah kisah nyata yang dialami oleh seorang ibu dan kemudian di share di sebuah grup parenting yang saya ikuti. Semoga bisa diambil hikmahnya. Dan, tulisan ini pas sekali dengan kegalauan saya beberapa waktu ini, akhirnya Allah membukakan jalan lewat tulisan ini, dan langsung saja saya share. 


Ditulis oleh Novelia Ummu Nayfah

—Baik dibaca para orang tua dan calon orang tua—

Nayfah, putri saya, bisa dibilang “anak pingitan”. Saangat jarang main keluar bersama teman-temannya kecuali saya mendampinginya. Saya tak peduli para tetangga mengatakan saya ”overprotektif” atau apalah. Saya hanya ingin perkembangan Nayfah bagus, tidak terpengaruh dengan pergaulan yang bisa membuatnya menjadi ”anak nakal”.

Dan hari ini, kekhawatiran saya terbukti (lagi).

Pagi ini, ada 3 orang anak bermain di depan rumah. Sebut saja si A (laki-laki sekitar 6 tahun), si B (laki-laki sekitar 4 tahun), dan si C (perempuan sekitar 4 tahun).
Awalnya, tak ada yang aneh dengan pembicaraan anak-anak itu. Hingga si A, anak lelaki terbesar, berkata dengan lantang, ”Main pipis-pipisan yuk!”

Mendengar itu, saya langsung melongok ke depan lewat jendela. Takutnya anak-anak itu pipis sembarangan di depan rumah. Selain najis, itu nggak sopan. Mau saya tegur jika memang terjadi.

Tapi yang saya lihat selanjutnya adalah sesuatu yang sedikit ”berbeda”. (perlu diketahui, saya ngumpet supaya anak2 itu tidak tahu bahwa mereka diawasi).

A: Main pipis-pipisan yuk!
B: Gimana tuh? (Si B sepertinya tertarik)
A: (berkata pada  Bukan elu, bego! Tapi gue ngajak C!
C: Mainnya gimana, A?
A: Elu jongkok. (sambil dilaksanakan oleh si C) Nah, gue begini... (Si A berdiri di depan si C yang sedang jongkok, sambil seolah-olah memberikan –maaf— penisnya).
A: Nah, elu minum pipis gue!

Subhanalloh...!!! Saya ga bisa nahan emosi. Saya buka pintu, langsung ke pagar. ”Main apa, Sayang?” Tegur saya. Si A langsung lari, diikuti oleh si B dan si C yang mungkin merasa harus lari juga.

Duuuhhh... itu adegan kok sangat memprihatinkan yah... dan itu bukan yang pertama kali. Sudah beberapa kali saya mendapati anak-anak berusia 7 tahun kebawah bercerita tentang sex positions. Entah ortu mereka teledor menaruh buku/CD sembarangan, atau memang dibiarkan begitu saja?

Tetangga-tetangga sekitar saya, sudah terbiasa membiarkan anak mereka bermain dengan teman-temannya tanpa pengawasan. Bahkan saya yang memegang teguh prinsip ”lebih baik jadi anak pingitan daripada jadi anak liar” dianggap kolot, tak mau bersosialisasi, dan sebagainya. Saya terima itu. Tak masalah orang lain berkata apa, yang penting Alloh tahu alasan saya baik. Cukup Alloh yang tahu.

Sudah menjadi kebiasaan di sini, para ibu menyuruh anaknya bermain keluar rumah agar mereka bisa mengerjakan pekerjaan rumah. Padahal, itu bisa menjadi bumerang pada mereka sendiri. Anak-anak akan tumbuh tanpa pengawasan. Kita tak bisa mengoreksi informasi salah yang mereka dapatkan saat bermain jika kita sendiri tak tahu bagaimana mereka bermain.

Jadi, bagi para bunda, mohon dengan sangat ya Bun...selalu temani anak jika bermain di luar rumah. Atau kalau mau pakai cara saya juga boleh. Ajak saja teman-temannya bermain di rumah, jadi kita bisa sambil mengawasi. Rumah berantakan itu resiko. Tapi insya Alloh itu lebih baik daripada rumah rapi, tapi psikologis anak kita yang ”berantakan”.

*Mohon bantu SHARE, agar lebih banyak lagi bunda yang tahu.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Yang copas tulisan di blog saya, mohon sertakan link ya....thx...