SELAMAT DATANG DI BLOG SAYA, UNTAIAN SEDERHANA NAMUN SARAT MAKNA

Kamis, 21 Maret 2013

Muslimah Wajib Melek Finansial



Khadijah ra, Potret Muslimah Masa Kini

Perkembangan zaman dewasa ini semakin pesat, serba bernuansa kapitalis, juga konsumtif. Sehingga mengharuskan seorang muslimah untuk tetap terus berusaha mensinergikan diri dalam keberlangsungan hidupnya. Namun, bukan berarti sebagai muslimah, kita langsung ikut tergerus dengan kondisi zaman saat ini, justru, dari peran muslimah lah semua keburukan zaman bisa di rubah sedikit demi sedikit. Salah satunya adalah kemampuan seorang muslimah untuk mengelola keuangan secara efektif dan terencana. 

Lihat saja kisah dari wanita terbaik yang disematkan Rasulullah kepadanya. Ya, Khadijah Binti Khuwailid ra yang pada masanya dulu menjadi wanita terkaya dengan perniagaannya. Etos kerja Khadijah sangat perlu diacungi jempol dan dijadikan teladan oleh para wanita masa kini. Bahkan, dari sepak terjang beliau yang begitu hebat di dunia bisnis, beliau mampu turut serta dalam membantu syiar suaminya ( Rasulullah ). 


Disitulah kemampuan beliau teruji, dari tangan dingin Khadijah dalam hal bisnis dan mengurus keluarga, mampu mencetak generasi yang tangguh  yang menghasilkan kemanfaatan, juga  keberkahan bagi diri, keluarga, bahkan umat Rasulullah.  Pada masa-masa Ditengah limpahan kekayaan duniawinya, Khadijah tetap rendah hati, setia dalam melayani suaminya, menyerahkan sebagian besar hartanya untuk kejayaan islam. Ketika Khadijah wafat, Rasulullah SAW sendiri yang mengurus jenazah istrinya, dan kalimat terakhir yang Rasul ucapkan ketika melepas kepergian Khadijah adalah: “Sebaik-baik wanita penghuni surga adalab Maryam binti Imran dan Khadijah binti Khuwailid.”


Menjadi Muslimah Mandiri

Dewasa ini, bicara kemandirian dalam hal keuangan tidak hanya di dominasi oleh kaum laki-laki saja. Muslimah, yang notabene adalah perempuan juga memiliki andil untuk membangun peradaban masa depan. Dan, tidak bisa dipungkiri, bahwa dalam proses membangun peradaban tersebut, seseorang perempuan juga perlu dilatih untuk bisa mandiri dalam hal keuangan ( mencari uang ). Karena tidak selamanya ia selalu tergantung pada orang tua, suami atau siapa saja. 

Dan, ketika seorang muslimah sudah memilih ke mana arahnya untuk bisa mandiri dalam hal keuangan, baik menjadi pekerja kantoran atau pun berwirausaha, maka, saat itu pula ia dituntut untuk terus belajar mengelola keuangan, agar tercapai segala target demi masa depannya yang lebih baik. Kemampuan mengelola keuangan ini bisa disebut juga dengan istilah melek finansial.

Dalam hal ini, bukan berarti, keharusan untuk melek finansial dikaitkan dengan karakter perhitungan, terlalu pelit atau sebutan lainnya yang mengarah pada hal negatif. Namun, lebih pada kemampuan seorang muslimah untuk mengelola segala hal yang berhubungan dengan masalah keuangan, untuk apa uang tersebut akan digunakan, seberapa besar ia harus selalu menabung, dan seberapa banyak persiapan investasi untuk masa depannya kelak. 


Definisi dan Ciri Melek Finansial

Menurut definisi yang banyak beredar, melek finansial berarti : kemampuan untuk membaca dan memahami hal-hal yang berhubungan dengan masalah finansial (keuangan).

Ciri orang yang melek finansial minimal harus memahami dua bentuk laporan keuangan, yaitu : arus kas dan harta. Arus kas terdiri dari rancangan pemasukan dan pengeluaran, sedangkan harta terdiri dari aset dan liabilitas. Pemasukan, yang meliputi gaji, royalti, bunga dan semua penghasilan yang di dapat. Sementara pengeluaran meliputi semua biaya hidup, beserta semua cicilan aset ( bergerak ataupun tidak bergerak ).

Aset adalah semua hal yang masuk kategori pemasukan pada arus kas. Aset bisa mencakup diri kita sendiri, orang terdekat yang ikut memikul beban keluarga, rumah / kendaraan yang disewakan, royalti dari karya kita, menanam saham, bunga bank, dan sebagainya.
Liabilitas adalah semua kewajiban yang masih menjadi beban kita sehingga menyebabkan pengeluaran dalam arus kas. Harta kewajiban ini mencakup cicilan rumah, cicilan mobil, pembayaran iuran, dana pensiun tahunan, kewajiban biaya hidup keluarga, dan sebagainya.


Muslimah Melek Finansial

Banyak sekali muslimah, baik yang lajang atau yang telah menikah gemar sekali mencari uang, namun, tidak pandai mengelola keuangan. Sehingga, harta yang ia miliki selalu habis untuk kegiatan konsumtif, tidak terfikir bagaimana masa depan mereka, anak, cucu mereka, jika suatu saat ia atau suami (jika yang sudah menikah) tidak mampu lagi bekerja. Mungkin bisa disebabkan kondisi tubuhnya yang semakin menua, atau ada suatu kondisi penyakit yang tidak memungkinkan ia bekerja lagi, atau karena tuntutan lingkungan terdekatnya yang tidak membolehkan muslimah ikut terjun mencari nafkah. Tetapi tetap saja, apa pun kondisinya, keharusan muslimah untuk tahu dan terus belajar tentang pengelolaan keuangan sangat penting sekali. Dan, hal tersebut tidak bisa dipelajari hanya dalam waktu singkat. Perlu pembelajaran yang berkelanjutan.

Muslimah yang melek finansial akan terus berusaha menambah aset dan bukan menambah liabilitas. Menambah aset berarti menambah pemasukan untuk meningkatkan aset, misalnya menyewakan sebagian kamarnya yang tidak digunakan untuk dijadikan kos. Menambah aset berarti mengurangi pengeluaran untuk menurunkan liabilitas, misalnya memilih membeli dua buah rumah untuk disewakan dari pada membeli sebuah rumah besar. Atau lebih baik membeli mobil baru untuk armada angkutan umum daripada membeli mobil mewah untuk dipakai sendiri. Tujuannya jelas, meningkatkan aset masa depan.

Sebagai muslimah yang melek finansial, fokuskan diri untuk meningkatkan aset bukan fokus pada keseimbangan pemasukan dengan pengeluaran. Jika kita fokus pada keseimbangan pemasukan dengan pengeluaran maka, aset tidak akan bertambah.  Logikanya, berusaha menambah pemasukan akan berakibat menambah pula pengeluaran, sehingga tetap saja tidak kaya walaupun penghasilan kita sudah meningkat. 

Atau, jika dalam ranah pemula, bisa juga dengan cara jeli melihat peluang, seperti, sampah koran yang menumpuk di gudang, seolah-olah tidak ada artinya, namun dengan kondisi kita yang melek finansial, sampah tersebut bisa diolah menjadi uang, dikarenakan kepiawaian dan kreatifitas kita. Sampah koran tersebut bisa berubah menjadi barang yang berseni, yang memiliki nilai jual tinggi sehingga banyak yang tertarik, bahkan hingga ke luar negeri, dan akhirnya bisa menghasilkan materi. Selain kreatifitas, hal tersebut juga dipengaruhi oleh keuletan dan kemampuannya untuk melihat peluang, dimana ada sumber uang.
Jika muslimah berwirausaha dari rumah, menjadi agen atau distributor suatu produk, dengan modal yang dimilikinya, ia harus pandai mengaturnya, agar keuntungan yang ia dapatkan bisa semakin mengembangkan usahanya. Misal, di awal ia memakai modal satu juta rupiah dengan keuntungan sebesar 40 % dari modal. Dari keuntungan tersebut, ia harus menyisihkan sebagiannya untuk tabungan masa depan, dan untuk tambahan modal awalnya.  Begitu juga seterusnya, hingga sampai satu saat seluruh usaha yang dilakukannya saat ini didelegasikan oleh karyawan yang dimiliki. Kita tinggal mengelola sumber daya dan keuangan yang teoah kita bangun bertahun-tahun.

Inti dari beberapa contoh di atas adalah benar-benar fokus pada aset dan bekerja keras untuk menambah asetnya sehingga menjadikan dirinya sebagai orang kaya dan bertambah kekayaannya. Orang yang tidak fokus pada aset akan semakin meningkat pengeluarannya meski pemasukannya juga meningkat.


Evaluasi Keuangan

Melakukan evaluasi terhadap kondisi keuangan kita adalah hal yang sangat mendasar. Dengan evaluasi, kita dapat merumuskan target-target yang kita inginkan, baik itu jangka pendek, mau pun jangka panjang. Setelah melakukan evaluasi dan menyelaraskan target yang ingin dicapai, lalu rinci kembali arus kas ( pemasukan dan pengeluaran ) yang selama ini kita gunakan. Adakah yang salah dalam perhitungan, atau adakah kemungkinan kita melakukan pengeluaran tidak sesuai dengan rencana awal. Semua ditulis dalam sebuah buku, yang juga akan berfungsi sebagai bahan perbandingan setiap melakukan evaluasi per bulannya.
Jika semakin berjalannya waktu kita telah mampu menyetabilkan arus kas yang telah kita rancang ini, maka, sudah saatnya kita bisa melihat lebih jauh lagi tentang peluang lain yang ada di sekitar kita. Dengan merambah lahan bisnis lain, atau malah mencoba menginvestasikan harta kita, agar, tanpa kita bekerja sekali pun, pendapatan pasif akan tetap kita terima.
Kesimpulannya adalah memahami bagaimana uang yang kita pegang atau miliki bisa dikelola sebaik mungkin. Tidak sekedar dihambur-hamburkan, namun ada bentuk nyata demi masa depan kita dan keturunan kita, seperti termaktub dalam Qur’an surat Annisa (4) ayat 9 :
 ”Dan Hendaklah takut kepada Allah orang-orang yang seandainya meninggalkan di belakang mereka anak-anak yang lemah, yang mereka khawatir terhadap (kesejahteraan) mereka. Oleh sebab itu hendaklah mereka bertakwa kepada Allah dan hendaklah mereka mengucapkan perkataan yang benar.”

Inti dari ayat diatas, bila diaplikasikan dalam kehidupan kita adalah, kita harus tetap terus berjuang dan belajar agar tidak meninggalkan generasi yang lemah, baik lemah iman, harta, mental, dan kelemahan lain yang membuat mereka tidak mampu bersaing dengan kondisi zaman. 

Biarkan zaman terus berlalu dengan segala kecanggihannya, dan kelak, siapa pun yang melihat kita, akan berkata dengan lantang, “ Serahkan masalah keuangan pada ahlinya !” sambil menunjuk ke diri kita.

Wallahu a’lam bishowab.








Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Yang copas tulisan di blog saya, mohon sertakan link ya....thx...